Menerka Nasib Timnas Indonesia di 2015
Jumat, 02/01/2015 15:51 WIB

Jakarta, CNN Indonesia
--
Tahun 2014 menjadi tahun antiklimaks bagi Timnas
Indonesia. Kegagalan Timnas U-19 di Piala Asia U-19 2014 dan Timnas
senior di Piala AFF 2014, menjadi puncak kegagalan Indonesia di dunia
sepak bola internasional tahun ini.
Namun, kegagalan tersebut harus segera dilupakan. Pasalnya, segudang tugas berat telah menanti Timnas Indonesia pada 2015. Mulai dari kualifikasi Piala Dunia 2018 hingga ke SEA Games 2015.
Setidaknya ada dua ajang penting yang akan dilalui timnas pada 2015, yakni kualifikasi Piala Dunia 2018 dan SEA Games 2015. Berbeda dengan sebelumnya, kualifikasi Piala Asia 2019 akan dilebur dengan kualifikasi Piala Dunia 2018. Ini berdasarkan keputusan Exco AFC pada 16 April 2014 lalu.
Keputusan itu menjadi keuntungan bagi Indonesia dan negara-negara Asia peserta lainnya karena tidak harus melakoni padatnya jadwal kualifikasi. Pertanyaannya yang kemudian muncul, siapa pelatih yang harus menjalankan misi ini?
Pelatih Lokal
Jabatan pelatih Timnas senior hingga kini masih lowong sejak dilepasnya Alfred Riedl. Pelatih asal Austria itu dianggap gagal setelah tim Merah Putih gagal lolos dari fase grup Piala AFF 2014.
Bukan tugas mudah bagi PSSI untuk menentukan pelatih baru Timnas senior. Direktur Teknik PSSI, Pieter Huistra, mengatakan, pihaknya sedang melihat permasalahan secara keseluruhan sebelum menentukan pelatih Timnas senior.
Memilih pelatih lokal bukan sesuatu dosa bagi PSSI. Lihatlah Thailand dan Malaysia yang berhasil melangkah ke final Piala AFF 2014, keduanya mempercayai pelatih lokal, yakni Kiatisuk Senamuang dan Dollah Salleh.
Dalam satu dekade terakhir, Indonesia memiliki sembilan pelatih berbeda, dengan hanya dua di antaranya pelatih lokal (Benny Dolo dan Nilmaizar). Sedangkan Bambang Nurdiansyah, Aji Santoso, dan Rahmad Darmawan, hanya dipercaya menjadi caretaker.
Siapa yang akan menjadi pelatih baru Timnas senior pasti memiliki beban berat. Pasalnya, harapan lebih dari 200 juta penduduk Indonesia untuk memiliki Timnas berprestasi berada di pundaknya.
Tugas utama pelatih baru adalah kualifikasi Piala Dunia 2018. Putaran pertama akan berlangsung pada Maret 2015. Sedangkan putaran kedua akan dimulai pada Juni 2015. Tim yang lolos dari putaran kedua akan lolos otomatis ke Piala Asia 2019.
Tentunya aib di kualifikasi Piala Dunia 2014 tidak boleh kembali terulang. Ketika itu Indonesia menelan kekalahan paling memalukan sepanjang sejarah yaitu 0-10 di tangan Bahrain.
Kalender FIFA
Memperbaiki peringkat Indonesia di rangking FIFA juga harus menjadi salah misi utama PSSI pada 2015. Indonesia saat ini berada di posisi ke-159 dunia per tanggal 18 Desember 2014.
PSSI juga harus memenuhi janjinya untuk menggelar pertandingan Timnas sesuai kalender FIFA. Jika tidak, maka kerja keras para pemain Garuda untuk meningkat posisi Indonesia di peringkat FIFA akan sia-sia.
Pada 2014 contohnya. Dari 16 pertandingan yang dijalani Timnas senior, hanya tiga di antaranya yang sesuai kalender FIFA: Lawan Arab Saudi (5 Maret), Yaman (9 September), dan Suriah (15 November).
Sebaik apapun hasil pertandingan Timnas, tapi tidak digelar di kalender resmi FIFA, maka hanya dianggap sebagai laga biasa. Sama sekali tak meninggalkan jejak dan pengaruh terhadap posisi Indonesia di peringkat FIFA.
FIFA menyebutkan, hanya pertandingan internasional A yang akan mempengaruhi peringkat sebuah tim: Piala Dunia, kualifikasi Piala Dunia, Piala Konfederasi, putaran final turnamen di suatu benua, kualifikasi turnamen di suatu benua, dan laga persahabatan.
Entah apa yang menjadi masalah bagi PSSI hingga terkesan sulit mengikuti kalender FIFA. Padahal, otoritas sepak bola tertinggi di dunia itu sudah merilis kalender jauh-jauh hari. Untuk saat ini, FIFA sudah merilis kalender pertandingan untuk 2013 hingga 2018.
Tahun depan, FIFA sudah memastikan akan ada 10 pertandingan resmi, baik itu kompetitif atau persahabatan. Jadi, seharusnya tidak sulit bagi PSSI untuk mengatur jadwal kompetisi Liga Super Indonesia agar tidak terbentur dengan kalender FIFA.
SEA Games 2015
Fokus di 2015 tidak hanya akan terjadi di Timnas senior. Aji Santoso bersama Timnas U-23 juga diharapkan bisa mengakhiri paceklik medali emas Indonesia di ajang SEA Games.
Dalam dua edisi SEA Games terakhir, Indonesia hanya mampu menjadi finalis. Sedangkan medali emas kali terakhir dirasakan tim Garuda Muda pada 1991. Ketika itu Indonesia mengalahkan Thailand lewat adu penalti.
Sebelum SEA Games 2015, Timnas U-23 harus tampil di kualifikasi Piala Asia U-23 2016 pada 23-31 Maret 2015. Indonesia yang menjadi tuan rumah Grup H akan menghadapi Korea Selatan, Brunei Darussalam dan Timor Leste.
Sadar betapa krusialnya medali emas sepak bola SEA Games bagi masyarakat Indonesia, PSSI memberi waktu yang sangat panjang bagi pelatih Aji Santoso untuk membentuk tim. Timnas U-23 sudah menjalani seleksi sejak saat ini.
Di level usia muda, Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala AFF U-19 (Agustus-September 2015) dan Piala AFF U-16 (Juli-Agustus 2015).
Prestasi Timnas adalah yang dinanti-nanti masyarakat Indonesia. Untuk itu, PSSI harus melakukan persiapan yang matang di semua level Timnas.
Tidak bisa dipungkiri, mindset masyarakat Indonesia saat ini masih 'menang adalah segalanya' terhadap Timnas, entah di level junior hingga senior. Jadi, pada akhirnya, tugas terberat PSSI di 2015 adalah menyenangkan pecinta sepak bola Indonesia.
(har)
Namun, kegagalan tersebut harus segera dilupakan. Pasalnya, segudang tugas berat telah menanti Timnas Indonesia pada 2015. Mulai dari kualifikasi Piala Dunia 2018 hingga ke SEA Games 2015.
Setidaknya ada dua ajang penting yang akan dilalui timnas pada 2015, yakni kualifikasi Piala Dunia 2018 dan SEA Games 2015. Berbeda dengan sebelumnya, kualifikasi Piala Asia 2019 akan dilebur dengan kualifikasi Piala Dunia 2018. Ini berdasarkan keputusan Exco AFC pada 16 April 2014 lalu.
Keputusan itu menjadi keuntungan bagi Indonesia dan negara-negara Asia peserta lainnya karena tidak harus melakoni padatnya jadwal kualifikasi. Pertanyaannya yang kemudian muncul, siapa pelatih yang harus menjalankan misi ini?
Pelatih Lokal
Jabatan pelatih Timnas senior hingga kini masih lowong sejak dilepasnya Alfred Riedl. Pelatih asal Austria itu dianggap gagal setelah tim Merah Putih gagal lolos dari fase grup Piala AFF 2014.
Bukan tugas mudah bagi PSSI untuk menentukan pelatih baru Timnas senior. Direktur Teknik PSSI, Pieter Huistra, mengatakan, pihaknya sedang melihat permasalahan secara keseluruhan sebelum menentukan pelatih Timnas senior.
Memilih pelatih lokal bukan sesuatu dosa bagi PSSI. Lihatlah Thailand dan Malaysia yang berhasil melangkah ke final Piala AFF 2014, keduanya mempercayai pelatih lokal, yakni Kiatisuk Senamuang dan Dollah Salleh.
Dalam satu dekade terakhir, Indonesia memiliki sembilan pelatih berbeda, dengan hanya dua di antaranya pelatih lokal (Benny Dolo dan Nilmaizar). Sedangkan Bambang Nurdiansyah, Aji Santoso, dan Rahmad Darmawan, hanya dipercaya menjadi caretaker.
Siapa yang akan menjadi pelatih baru Timnas senior pasti memiliki beban berat. Pasalnya, harapan lebih dari 200 juta penduduk Indonesia untuk memiliki Timnas berprestasi berada di pundaknya.
Tugas utama pelatih baru adalah kualifikasi Piala Dunia 2018. Putaran pertama akan berlangsung pada Maret 2015. Sedangkan putaran kedua akan dimulai pada Juni 2015. Tim yang lolos dari putaran kedua akan lolos otomatis ke Piala Asia 2019.
Tentunya aib di kualifikasi Piala Dunia 2014 tidak boleh kembali terulang. Ketika itu Indonesia menelan kekalahan paling memalukan sepanjang sejarah yaitu 0-10 di tangan Bahrain.
Kalender FIFA
Memperbaiki peringkat Indonesia di rangking FIFA juga harus menjadi salah misi utama PSSI pada 2015. Indonesia saat ini berada di posisi ke-159 dunia per tanggal 18 Desember 2014.
PSSI juga harus memenuhi janjinya untuk menggelar pertandingan Timnas sesuai kalender FIFA. Jika tidak, maka kerja keras para pemain Garuda untuk meningkat posisi Indonesia di peringkat FIFA akan sia-sia.
Pada 2014 contohnya. Dari 16 pertandingan yang dijalani Timnas senior, hanya tiga di antaranya yang sesuai kalender FIFA: Lawan Arab Saudi (5 Maret), Yaman (9 September), dan Suriah (15 November).
Sebaik apapun hasil pertandingan Timnas, tapi tidak digelar di kalender resmi FIFA, maka hanya dianggap sebagai laga biasa. Sama sekali tak meninggalkan jejak dan pengaruh terhadap posisi Indonesia di peringkat FIFA.
FIFA menyebutkan, hanya pertandingan internasional A yang akan mempengaruhi peringkat sebuah tim: Piala Dunia, kualifikasi Piala Dunia, Piala Konfederasi, putaran final turnamen di suatu benua, kualifikasi turnamen di suatu benua, dan laga persahabatan.
Entah apa yang menjadi masalah bagi PSSI hingga terkesan sulit mengikuti kalender FIFA. Padahal, otoritas sepak bola tertinggi di dunia itu sudah merilis kalender jauh-jauh hari. Untuk saat ini, FIFA sudah merilis kalender pertandingan untuk 2013 hingga 2018.
Tahun depan, FIFA sudah memastikan akan ada 10 pertandingan resmi, baik itu kompetitif atau persahabatan. Jadi, seharusnya tidak sulit bagi PSSI untuk mengatur jadwal kompetisi Liga Super Indonesia agar tidak terbentur dengan kalender FIFA.
SEA Games 2015
Fokus di 2015 tidak hanya akan terjadi di Timnas senior. Aji Santoso bersama Timnas U-23 juga diharapkan bisa mengakhiri paceklik medali emas Indonesia di ajang SEA Games.
Dalam dua edisi SEA Games terakhir, Indonesia hanya mampu menjadi finalis. Sedangkan medali emas kali terakhir dirasakan tim Garuda Muda pada 1991. Ketika itu Indonesia mengalahkan Thailand lewat adu penalti.
Sebelum SEA Games 2015, Timnas U-23 harus tampil di kualifikasi Piala Asia U-23 2016 pada 23-31 Maret 2015. Indonesia yang menjadi tuan rumah Grup H akan menghadapi Korea Selatan, Brunei Darussalam dan Timor Leste.
Sadar betapa krusialnya medali emas sepak bola SEA Games bagi masyarakat Indonesia, PSSI memberi waktu yang sangat panjang bagi pelatih Aji Santoso untuk membentuk tim. Timnas U-23 sudah menjalani seleksi sejak saat ini.
Di level usia muda, Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala AFF U-19 (Agustus-September 2015) dan Piala AFF U-16 (Juli-Agustus 2015).
Prestasi Timnas adalah yang dinanti-nanti masyarakat Indonesia. Untuk itu, PSSI harus melakukan persiapan yang matang di semua level Timnas.
Tidak bisa dipungkiri, mindset masyarakat Indonesia saat ini masih 'menang adalah segalanya' terhadap Timnas, entah di level junior hingga senior. Jadi, pada akhirnya, tugas terberat PSSI di 2015 adalah menyenangkan pecinta sepak bola Indonesia.
(har)
No comments:
Post a Comment