tv

Read more: http://www.indosoftgame.blogspot.com/2012/07/cara-memasang-tv-online-di-blogger.html#ixzz3UbjuB2UW Under Creative Commons License: Attribution Follow us: @BangProHi on Twitter | IndoSoftGame on Facebook

Monday, 16 February 2015

PENYEBAB BANJIR DI JAKARTA

  Penyebab Banjir Selalu Mengintai Jakarta 

smp n 6 merangin.com selasa, 17 february  2015

3 Penyebab Banjir Selalu Mengintai Jakarta Menurut Pakar Tata Air 
Jakarta - Di Jakarta, banjir selalu datang berulang. Kala musim penghujan datang, warga dibuat tak tenang. Tak hanya permukiman warga, jalanan yang merupakan urat nadi perekonomian juga terendam.
Selama ini pemimpin Jakarta bukannya berdiam. Sejumlah cara telah dilakukan, agar banjir tak lagi menyerang. Seperti normalisasi sungai, pengerukan saluran air di permukiman warga, hingga pembuatan sumur resapan.
Namun apa daya, mimpi Jakarta bebas banjir masih sebatas angan-angan. Pakar air dari Universitas Indonesia yang juga Anggota Dewan Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta Firdaus Ali dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (11/2/2015)
menyebut ada tiga persoalan besar yang menjadi pemicu banjir di Jakarta.
Pertama yakni masalah genangan. Hujan yang mengguyur Jakarta, meski hanya sesaat langsung menimbulkan genangan di beberapa ruas jalan. Menurut Firdaus curah hujan yang terjadi sejak Selasa (17/2/2015) lalu lebih rendah dari yang terjadi tahun lalu. Namun laju air dari saluran penghubung ke mikro tak lancar, karena terhambat oleh sampah.
Sebelumnya Kepala Pusat Komunikasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa setiap kali hujan turun lama di Jakarta, beberapa titik jalan akan langsung tergenang air. Hal itu terjadi karena daya tampung air pada drainase yang kecil.

Penyebab Banjir Jakarta Menurut Menteri Basuki
Berbeda dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menduga ada sabotase dan menuding PLN jadi biang banjir, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono punya penjelasan soal banjir yang merendam banyak kawasan di Ibu Kota dua hari kemarin. "Ini karena curah hujan lokal yang tinggi dan durasinya cukup lama," kata Basuki dalam siaran pers, Selasa, 17 Februari 2015.
Berdasarkan data, intensitas hujan mengalami kenaikan dari 57 mililiter per hari menjadi 171 mililiter per hari dan naik lagi menjadi 350 mililiter per hari pada Selasa, 10 Februari 2015. "Jadi bukan karena luapan sungai, melainkan intensitas hujan tinggi," kata Basuki.
Menurut Basuki, sesuai pengamatan, tinggi muka air Bendung Katulampa, Depok, dan Manggarai masih status siaga IV atau dan III. Artinya, sungai masih mampu menampung luapan air hujan.
Di samping karena intensitas hujan yang tinggi, sistem drainase di Ibu Kota dinilai tidak berfungsi. Kapasitas drainase yang ada di Jakarta belum maksimal untuk menampung aliran air hujan yang curahnya cukup tinggi
Selain itu, permukaan air Sungai Ciliwung, berdasarkan pantauan Basuki pada Senin soreu, masih setinggi 50 sentimeter di bawah drainase. "Seharusnya drainase masih mampu menampung air sungai," katanya. Namun, karena tersumbat oleh sampah dan kapasitasnya kecil, air menggenangi ruas jalan di Ibu Kota
Untuk jangka panjang, Kementerian Pekerjaan Umum berencana menanggulangi banjir dari hulu dengan membangun Waduk Cimahi dan Sukamahi, serta membuat sodetan dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur.

Faktor Utama Penyebab Jakarta Selalu Berpotensi Banjir

Foto Kawasan Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, saat terendam banjir beberapa waktu yang lalu.
Jakarta, FGMI Online - Jakarta saat ini sedang dilanda banjir, pada beberapa daerah seperti Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Pulomas, Kelapa Gading bahkan Jalan protokol seperti Gatot Subroto, Rasuna Said tidak lepas dari terkaman air. tapi tahukah anda apa penyebab utama banjir Jakarta?

1. Jumlah daerah peresapan air yang sangat kurang
Pakar air Universitas Indonesia (UI), Firdaus Ali dalam Kompas.com, menyatakan bahwa banjir besar yang kembali terulang di Jakarta saat ini, salah satunya, dipicu kondisi tanah yang jenuh. Hal itu menyebabkan proses peresapan air menjadi tak optimal.
Selain itu, kondisi drainase di Jakarta yang buruk pun memperparah keadaan. Firdaus menjelaskan, seluruh volume air di Jakarta dapat ditampung melalui dua media, yakni yang mengalir di sungai, dan yang meresap ke dalam tanah. Dengan kondisi tanah Jakarta yang jenuh, akibatnya hanya 15 persen yang mampu terserap dan sisanya tumpah di permukaan.
“Tanah jenuh, dan hujan terus turun. Akhirnya air mengalir ke mana-mana,” kata Firdaus, Kamis (17/1/2013).
Daya tampung 13 sungai yang terdapat di Jakarta mencapai 8 juta meter kubik, sedangkan Kanal Banjir Barat (KBB) sanggup menampung volume air 500.000 meter kubik per detik. Meski demikian, semua menjadi tidak berlaku saat hujan terus mengguyur tanpa henti. Selain itu curah hujan di Jakarta saat ini masih berada di kisaran 95 milimeter, dan di wilayah hulu (Puncak, Bogor) masih di bawah 75 milimeter. Angka ini jauh dibandingkan hujan yang mengguyur Jakarta pada 2007 yang mencapai 320 milimeter.
Perlu diketahui, satu milimeter air hujan di satu meter persegi dapat menghasilkan air sebanyak satu liter. Dapat dibayangkan, luas Jakarta yang mencapai 626 kilometer persegi dikali curah hujan saat ini yang mencapai sekitar 95 milimeter. “Tapi sekarang kan hujan terus menerus. Air pasang laut juga lagi tinggi sehingga volume menampung air jadi tak berlaku,” ujar Firdaus dilansir dari Kompas.com

2. Curah Hujan dan Pasang surut air laut
Dilansir dari www.merdeka.com, Kepala Pusat Meteorologi Publik, Mulyono Prabowo, banjir yang menyebabkan beberapa jalan di Jakarta terputus disebabkan curah hujan di wilayah Bogor, Jawa Barat, pada Selasa kemarin yang mencapai 100 milimeter.
“Hujan kemarin selama satu hari mencapai 100 milimeter. Ini dapat meningkat 300-400 milimeter selama sebulan,” kata Prabowo, di Kantor BMKG, Jalan Angkasa 1 No. 2, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (16/1/2013).
Selain hujan dengan intesitas tinggi, sambung dia, banjir di Jakarta juga dipengaruhi siklus pasang-surut air laut. Prabowo mengatakan, pada pertengahan bulan hingga akhir bulan Januari sedang terjadi air pasang. “Kami menduga air hujan dari daerah hulu yang melalui  sungai di Jakarta tertahan masuk ke laut karena air pasang,” tuturnya.
Prabowo menjelaskan, selain dua faktor utama tersebut, masih ada beberapa faktor yang menyebabkan wilayah Jakarta terendam banjir yakni penyimpangan tata ruang kota, tersumbatnya air sungai dan sistem drainase yang buruk.
Lebih lanjut, dia menuturkan periode musim penghujan yang terjadi pada November 2012 hingga Maret 2013, memang puncaknya terjadi pada Januari sampai Februari. “Peluang terjadinya curah hujan dengan intesitas tinggi dapat terjadi pada renang waktu antara pertengahan Bulan Januari hingga pertengahan Bulan Februari,” imbuhnya.

3. Sampah
Dilansir dari www.republika.co.id, Menteri PU, Djoko Kirmanto, mengatakan, salah satu penyebab banjir di Jakarta bukan karena tidak tersedianya drainase, tapi karena drainase tersebut dipenuhi sampah. ”Jadi bukan karena drainase lokal tidak ada,” ujarnya, Kamis (27/12). Untuk itu dia mengimbau kepada masyarakat agar berhenti membuang sampah ke badan-badan sungai. Penanganan banjir bisa teratasi dengan usaha gotong-royong dari semua pihak. Bagaimana? setelah mengetahui berbagai macam faktor tersebut. peran apa yang bisa kita lakukan sebagai pemuda? jangan terlalu sulit seperti membuat tembok penahan pasang surut air laut, cobalah dimulai dari hal terkecil yang bisa kita lakukan seperti membuang sampah pada tempatnya, sehingga kelestarian lingkunganpun dapat kita nikmati bersama. “Keep Your Environment Nice and Clean“. (ba/aa).

4. Penyempitan sungai/kali
Ery Basworo yang menjabat Kepala Dinas Pekerjaan Umum di Pemprov DKI Jakarta menyatakan bahwa penyebab banjir di Jakarta catchment area (area tangkapan) sungai sudah semakin berkurang. Khususnya di Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat.
Contohnya bisa dilihat di Kali Krukut yang lebarnya rata-rata hanya lima meter. Padahal lebar normalnya ‘seharusnya’ sepuluh meter.
Di Jakarta, lebar sungai kebanyakan hanya sekitar lima meter. Padahal agar berfungsi sebagai area tangkapan yang normal, setidaknya dibutuhkan lebar sepanjang 20 meter.
Lalu apa penyebab kali tersebut jadi sempit? Banyak bangunan di samping kali yang membuat lebar kali dipangkas jadi lima meter saja. Serta banyaknya sampah yang dibuang di kali juga ikut berperan serta sebagai penyebab utama Jakarta kebanjiran. Sampah-sampah itu selain mengurangi daya tampung kali, juga menghambat aliran air.

5. Kali meluap
Kali Angke, Kali Ciliwung, Kali Krukut dan Kali Pesanggrahan meluap sehingga beberapa wilayah Jakarta dan Tangerang terendam air.
Selain karena penyempitan yang disengaja, penyempitan karena sampah dan faktor kedalaman sungai yang ‘dihemat’ membuat semuanya masuk akal bila kali-kali di Jakarta meluap dengan mudahnya. Apalagi di musim hujan, meski intensitas curah hujan tak begitu besar, meluapnya beberapa kali sudah cukup untuk membuat banjir kiriman.
Dalam hal ini berarti curah hujan tak bisa disalahkan.

6. Daerah hulu terpisah
Menurut Alex Noerdin, daerah hulu seperti Bogor dan Cianjur harus digandeng. Selain itu, beberapa wilayah seperti Tangerang, Bekasi dan Depok juga perlu digandeng agar banjir tak lagi menyerang Jakarta. Wilayah Jakarta itu sendiri juga harus dibenahi.
Bisa disimpulkan, banjir di Jakarta disebabkan karena kelalaian sendiri. Sungai yang seharusnya bisa menampung air hujan malah berfungsi tidak sebagaimana mestinya. Serta pengaturan tata letak kota yang seharusnya bisa mengantisipasi banjir, apalagi sekelas ibukota. Tentunya pihak pemerintah menjadi sorotan utama dalam kasus ini.
Jakarta dilanda banjir pada beberapa wilayah seperti kawasan Lebak Bulus, Kemang, Pondok Labu, Jalan Ciledug Raya, Pesanggrahan, Jatinegara, Kebon Jeruk dan Kampung Melaya. Parahnya, ketinggian air mencapai satu hingga dua meter.
Banjir yang disebabkan guyuran hujan mulai Senin (2/4) tersebut membuat banyak warga yang memilih mengungsi. Pemerintah diharapkan segera mengantisipasi dan menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat, terutama bantuan akan pencegahan penyakit yang disebabkan banjir.

No comments:

Post a Comment