tv

Read more: http://www.indosoftgame.blogspot.com/2012/07/cara-memasang-tv-online-di-blogger.html#ixzz3UbjuB2UW Under Creative Commons License: Attribution Follow us: @BangProHi on Twitter | IndoSoftGame on Facebook

Sunday, 30 November 2014

Cerpen Impian



TERIMAKASIH
Namaku Septian Alfaro biasa dipanggil Al. Umurku 13 tahun. Asalku dari Yogyakarta. Kini Aku tinggal bersama Ibu dan Kakekku. Ayahku telah lama meninggal. Sejak kecil Aku memang tak mengenal sesosok Ayah, karena Ayahku telah meninggal sejak Aku baru berumur 3 tahun. Ibuku bekerja sebagai karyawan disebuah kantor. Sedangkan Kakekku seorang pensiunan PNS. Walaupun keluarga kami tak selengkap dulu, tapi kami sangat merasa sangat bahagia.
Selain itu Aku juga mempunyai seorang sahabat. Ia bernama Erlangga. Kami sudah lama bersahabatan. Dia memang tidak seperti orang biasa yang bisa kesana kemari berjalan dan berlari. Ia hanya dapat bergantung di kursi rodanya. Ia tak dapat berjalan karena ia pernah mengalami kecelakaan saat bermain sepak bola.Kami satu sekolahan. Kami berasal dari keluarga yang berbeda. Aku dan keluargaku adalah keluarga yang sangat sederhana, sedangkan Lang keturunan konglomerat. Aku bingung mengapa Lang mau berteman denganku. Tapi ia pernah berkata kepadaku.
“ Memengnya kekayaan itu milikku? Bukan itu adalah anugerah dari Tuhan yang dititipkan kekeluargaku. Jadi buat apa aku menyombongkan diri.”, jawaban yang masih ku ingat sampai saat ini.
Aku dan Lang mempunyai hobbi yang sama yaitu sepak bola. Suatu hari Lang berkata padaku.
Al kamu harus menjadi pesepak bola hebat, dan kamu tau menjadi seorang pemain sepak bola hebat adalah impian kita sejak kecil, jadi kamu harus mencapainya apapun yang terjadi. Kita semua tau bahwa Aku tak bisa bermain bola dikarenakan Aku lumpuh permanen.”
“Tentu saja Aku mau Lang karena ini adalah impian terbesarku.”
Keesokan harinya seperti biasa kami bermain dilapangan kecil. Namun sore itu setelah latihan Aku diajak ke rumah Lang, dan ternyata Ayahnya Lang telah mendaftarkanku disebuah sekolah sepak bola di Jogja.
 “Ini Al formulir yang harus kau isi untuk dapat masuk ke SSB Putra Bangsa.”,  kata Lang sambil membawakan formulir penting itu.
“Benarkah Lang ini untukku? Tapi bagaimana dengan Kakekku dan Ibuku? apakah mereka akan mengizinkan?.”
 “Iya…formulir itu untukmu. Aku yakin pasti Ibumu akan mengizinkan. Tapi entahlah pada Kakekmu. Tapi kalau selamanya engkau menolak niat baikku ini, Aku sangat kecewa padamu.”, jawab Lang dengan ancamannya.
 “Baiklah Lang formulir ini akan aku bawa pulang dulu, nanti setelah mendapatkan izin dari Ibu dan Kakekku Aku mau.” , kataku singkat pada Lang.
Malam itu setelah pulang dari rumah Lang Aku pun langsung berbicara pada Ibu. Aku sengaja tak meminta izin pada Kakek karena Aku tau bahwa Kakek tidak akan mengizinkanku. Selain itu Kakek juga tidak suka dengan sepak bola. Sampai sekarangpun Aku tak mengerti alasannya.
“Bu tadi sepulang dari bermain, Al diajak ke rumah Lang. Ternyata Al diberi formulir ini Bu”, kataku dengan menunjukan formulir mahal itu.
“Formulir apa itu Al?. coba Ibu lihat.”.  Setelah Ibu membaca formulir itu, Ibu kembali berkata,
“Inikan formulir pendaftaran di SSB Putra Bangsa Al?.”
“Iya Bu, bolehkah Al menimba ilmu disana Bu?. Boleh ya Bu, ini impian Al sedari kecil.”, rayuku pada Ibu.
“Huf….baiklah Al, Ibu mengizinkan engkau ikut bergabung di SSB itu, tetapi bagaimana dengan Kakekmu? Bukankah kamu tau, Kakekmu itu tidak menyukai sepak bola, dan pasti Kakek akan melarangmu untuk hal ini.”, nasehat Ibu padaku.
“Iya Bu Al mengerti, namun Al berfikir untuk tidak memberitahu Kakek dulu. Kakek akan Al beritahu setelah Al menjadi pemain sepak bola hebat.”, kataku meyakinkan Ibu.
 “Tapi kamu harus berjanji pada Ibu. Kamu tidak akan mengecewakan kepercayaan Ibu padamu. Dan kamu akan memberitahu Kakek secepatnya.”
 “ Baik Bu Al berjanji. Al tidak akan mengecewakan Ibu, Kakek dan negri ini.”
Setelah pulang sekolah, Aku pulang terlebih dahulu sebelum berangkat ke SSB Putra Bangsa. Tetapi setelah pulang ternyata Kakek telah menungguku di rumah.
 “Al sudah pulang kamu. Oh iya Al, Kakek telah mendaftarkanmu di les musik yaitu piano.”
“Tapi Kek, Al ada……”
“Ada apa Al? bukankah kamu belum mengikuti les apapun. Sudahlah Al kamu turuti saja Kakek. Kakek tau apa yang terbaik untuk mu. Lagi pula Kakek masih mampu untuk menyekolahkanmu. Kakek juga yakin kalau Al mampu untuk memainkan piano.” Potong Kakek panjang lebar.
“ Tapi Kek kalau sore ini Al tidak bisa karena Al ada kerja kelompok bersama Lang dan teman-teman.”, jawabku bohong.
 “ Maafkan Al Kek, Al terpaksa berbohong pada Kakek tapi Al sama sekali tidak menyukai musik.”, kataku dalam hati.
 “Ya sudahlah Al kali ini Kakek mengizinkanmu untuk kerja kelompok tapi besok kamu harus berangkat les piano.”
Sore itu juga Aku berangkat ke SSB Putra Bangsa bersama sahabatku. Dengan perlangkapan sepak bola yang amat sederahana yang ku punya. Sesampainya disana Aku merasa sangat gembira.
“Lang …Lang ini bukan mimpikan?”, tanyaku heran pada sahabatku.
“ Coach, ini teman Saya yang kemarin didaftar oleh Ayah. Namanya Septian Alfaro.”
“Oh ini anak yang diceritakan oleh Ayahmu? Ya sudah kamu langsung ke ruang ganti karena pada hari ini juga kami jajaran pelatih akan menyeleksi pemain yang layak atau tidak.”
            Setelah tiga jam berlatih kami selesai dan berkumpul karena ada intruksi dari kepala pelatih.
“Besok kita latihan lebih awal.”, intruksi kepala pelatih kepada kami.
“Baik Coach.”, jawab kami serentak.
            Malamya sekitar pukul tujuh malam, Aku baru tiba di rumah.
“Hei Al dari mana saja kamu jam tujuh malam begini baru saja berangkat, bukankah kamu tadi izin hanya untuk kerja kelompok saja?”, Tanya tegas Kakek padaku.
“Iya Kek maafkaan Al . Al terlambat karena…..”
“ Tidak usah banyak alasan kamu. Sudah kamu sekarang mandi, belajar lalu tidur. Dan besok kamu tidak boleh pergi kemana-mana. Kamu harus berangkat les.”, potong Kakek.
“Baik Kek”, jawabku takut dan lemas.
             Sebelum tidur Aku teringat pesan Coach tadi sore. Aku bingung.
“Bagaimana Aku datang lebih awal, sedangkan Aku harus les piano.”, kataku dalam hati.
“Al….Al…sudahh tidurkah kamu?”, teriak ibu dari dapur.
“Belum Bu ada apa?”, jawabku.
Lalu Ibu pun daatang ke kamarku.
“ Al Ibu tau tadi kamu dimaraahi oleh Kakek kan? Dan kamu tadi tidak kerja kelompok tapi malah pergi ke SSB Putra Bangsa kan?”, tanya Ibu padaku.
“Iya Bu maafkan Al, kare Al sudah berbohong pada Ibu. Tapi Al hanya tidak mau Kakek mengetahui hal ini Bu, mamafkan Al Bu.”, ucapku pada  Ibu.
“Iya Al Ibu tau, tapi sampai kapan kamu selalu berbohong pada Kakek? Cepat atau lambat pasti Kakek mengetahuinya.”, jelas Ibu padaku. Aku hanya mengangguk.
“Ya sudahlah ini sudah larut malam, kamu cepat tidur.”, sambung Ibu padaku.
            Pagi harinya saat tiba di sekolahan. Aku bertemu Lang di Gerbang sekolah.
“Hei Al mengapa kamu terlihat bingung begitu?, kamu tidak terlihat seperti biasanya yang selalu ceria.”, Tanya Lang padaku.
“Iya memang Aku sedang memikirkan suatu hal Lang.”, jawabku lemas.
“ ha ha ha ha ha . tumben kamu mikir Al” gurau Lang padaku.
“Ih Lang Aku ini sedang bingung, kamunya malah bercanda terus. Serius dikit dong.”, jawbaku sedikit kesal.
“Abisnya kamu datar banget sih. Memangnya  kamu bingung  kenapa?”
“Begini tadi malam Aku dimarahi oleh Kakekku, karena kemarin Aku pulang telat. Dan hari Aku tak boleh pergi kemena pun, Aku hanya diperbolehkan pergi ke tempat les piano itu. Padahal kemarin kepala pelatih mengintruksikan untuk datang lebih awal. Bagaimana ini?”, jawabku cemas. Tet…..tet…..tet….tet. bel berbunyi.
“Ya baiklah nanti kitaa bicarakaan lagi sewaktu pulang sekolah.”, sambung Lang kepadaku. Aku pun hanya terdiam kebingungan.
Sepulang sekolah Aku dan Lang membicarakan hal yang sama. “ Hei Al, Aku sudah mendapat solusinya. Kamu sudah pernah berangkat les piano itu belum?”
“Belum memangnya kenapa Lang?”, tanyaku heran.
“ Kebetulan sekali. Begini Aku punya ide, biar Aku saja yang berangkat ke tempat lesmu. Dan kamu pergi ke SSB Putra Bangsa.”
“Benarkah kamu mau?. Tapi bagaimana dengan Kakekku jika mengetahui hal itu?”, tanyaku pada Lang.
“Ya kamu bilang saja kalau kamu akan pergi sendiri ke tempat les kamu.”, jelas Lang padaku.
            Sesampainnya di rumah. “ Kakek biar Al berangkat sendiri ke tempat les itu ya Kek?”
“Apakah kamu tau tempat lesmu dimana?”
“Tidak Kek, tapi Kakek tuliskan saja biar Al yang mencari alamatnya. Lagian Kakek masih sakitkan?, bujukku pada Kakek.
“Ya baiklah Al. ini alamatnya, jangan sampai nyasar ya? dan hati-hati.”
            Dijalan Aku bertemu dengan Lang, yang memeng sebelumnya kami sudah janjian.
”Ayo Al kita cepat berangkat dengan menggunakan mobilku aja. Nanti kamu telat.”, ajak Lang padaku. Aku pun hanya berlari.
“ini Lang alamat tempat lesnya.”
“Oke baiklah.”, kata-kata yang selalu diucapkan oleh Lang.
            Setibanya di SSB Putra Bangsa, Aku langsung berlari menuju ruang ganti. Saat Aku memesuki lapangan, latihan pun belum dimulai. Beberapa menit pemanasan, kemudian kami latihan fisik. Wow tak ku sangka latihan fisik yang biasanya membosankan, tetapi yang kali ini sangatlah yang menyenangkan. Tak terasa latihan fisik pun telah usai. Selanjutnya kami menuju lapangan besar.
“ Baik anak-anak kita istirahat 10 menit. Lalu kita kumpul kembali di lapangan besar ini.” Interuksi dari kepala pelatih.
            Sepuluh menit kemudian. Kami semua telah berada kembali di lapangan utama.
“Baiklah anak-anak ada kabar bahagia buat kita. Sengaja tidak diberitahu sebelumnya kalau pada hari ini akan diadakan seleksi pemain TIMNAS U-15. Lima menit kemudian tim pelatih dari Jakarta akan tiba, jadi persiapkan diri kalian. Pastikan semua berjalan dengan lancar.”
“Wow ….”, teriak kami serentak.
“Tapi mengapa mendadak begini Coach pemberitahuannya? Mengapa tidak dari kemarin? Kalau beginikan salah satu dari teman kami ada yang tidak tau, dan dia tidak ikut seleksi pastinya.”, tanya dari salah satu temanku.
“Sengaja tak kami beritahu karena kami hanya punya tempe ha ha ha….”, celoteh kepala pelatih itu. Ketegangan kami pun mereda. Kamipun tertawa seiring candaan kepala pelatih itu.
“Ha ha ha bukan..bukan.. bukan itu maksud kami. Maksud kami tidak memberitahu kalian supaya kalian harus disiplin waktu dan konsekuen dalam menganbil tindakan. Bukan hanya mau diadakan acara-acara yang menarik saja kalian berangkat, tetapi kali juga harus berangkat setiap harinya.”, penjelasan kepala pelatih komedian itu.
            Lima menit kemudian Coach Guntur bersama dua orang asistennya datang.
“Selamat datang Coach di SSB Putra Bangsa kami yang jauh dari kata sempurna ini.”, ucap selamat datang dari kepala pelatih kami.
“Ya terimakasih Pak. SSB itu tidak dilihat dari kemewahannya, tetapi dara kualitasnya Pak.”, ucap tegas Coach Guntur.
“Oke anak-anak selamat sore. Kalian bisa panggil kami Coach. Iya mengingat waktu semakin larut maka langsung saja kita seleksi. Jelas yang kami pilih disini adalah pemain yang konsisten, jago memeinkan bola, dapat memberikan umpan tepat sasaran vertical maupun horizontal.”, sambung Coach Guntur.
“Kita main 2X30 menit saja yang 15 menitnya kita tes fisik.” Tambah salah seorang asisten pelatih. Sembilan puluh menit pun telah selesai.
“ Langsung saja Coach akan umumkan hasilnya. Dari 57 anak kami tertarik pada tiga orang, jadi kami hanya memilih tiga orang tersebut. Yang pertama Martinus, kedua Syahrul, dan yang terakihir yang sangat mengejutkan kami semua, dengan permainan hebatnya adalah Septian Alfaro. Yang belum kepilih teruslah berlatih, jangan patah "semangat.”
“Iya terumakasih Coach atas kedatangannya dan Coach mempercayai kami.” Kata kepala pelatih kami.
            Saat sampai dirumah Aku benar-benar bahagia sekali. Impianku dari kecilpun terwujud. Sampainya di rumah Aku langsung bercerita pada Ibu.
“Bu… apakah Ibu tau? Al tadi sore pergi kemana?”
“Tau… kamu tadi tidak berangkat les piano tepai kamu berangkat bermain sepak bola di SSB mu itu kan?”, jawab Ibu santai.
“Ya benar Bu, bagaimana ibu bisa tau tentang hal itu?”, tanyaku heran.
“Ya jelas Ibu tau Lang yang bercerita pada Ibu.”
“Apa Lang yang bercerita pada Ibu?. Tapi Bu Ibu tau tidak tadi di SSB ku diadakan seleksi TIMNAS U-15, secara mendadak. Dan ……. Al terpilih Bu…!”
“Apa Al kamu lolos? Kamu tidak bohongkan? Kamu memang anak Ibu yang hebat. Tapi dulu kamu janji pada Ibu, kalau kamu sudah masuk TIMNAS maka kamu akan beritahu Kakek kan?”
“Iya Bu…tapi Al bingung bagaimana cara memberitahu Kakek.”
Tiba-tiba Kakek memenggilku.
“Al…Al…kemari kakek mau bicara padamu” panggil Kakek kepadaku.
“Iya Kek sebentar. Bentar ya Bu Al menemui Kakek dulu.” Aku pun agak deg-deg kan saat dipanggil oleh Kakek.
“Ada apa Kek?”, tanyaku lembut.
“Kamu berbohong pada Kakek? Kamu bilang kamu akan datang ke tempat les mu, tapi kenapa yang datang adalah seorang anak berkaca mata, berbadan gempal dan bekursi roda? Dan ciri-ciri itu seperti Lang! jadi jika Lang yang berangkat ke tempat lesmu maka kamu kemna tadi sore? Bolos? Main? Atau…kamu bermain bola?” bentak Kakek kepadaku.
“Maafkan Al Kek, Al dari awal memang sudah tak menyukai musik. Al memang dari dulu sangat suka sekali dengan sepak bola. Tapi hanya Al tidak mau Kakek tersinggung, jadi Al menyembunyikan hal itu. Al bersekolah di SSB Putra Bangsa tapi sekarang Al sudah menjadi bagian dari TIMNAS U-15, yang baru tadi sore Al lolos selelsi Kek. Maafkan Al Kek…maaf”, kataku kecil dan tertunduk.
“Apa jadi yang Kakek katakana itu benar? Jadi selama ini kamu….”, tiba-tiba Kakek pingsan.
“Kek…Kek…Kek…maafkan Al Kek…Ibu….!”, teriakku dan menangis.
            Pagi harinya Kakek belum juga sadar dari komanya. Semalaman Aku tak tidur, Aku ters terus menangis. Tiba-tiba Kakek terbangun dari masa kritisnya. Setelah Kakek terbangun Aku tak henti-henti meminta maaf padanya.
“Al… maafkan Kakek yang selama ini Kakek selalu memaksamu untuk menuruti kehendak Kakek.” Kata Kakek yang tersendat-sendat.
“Tidak Kek… Al yang salah Al tidak pernah menuruti perintah Kakek. Al minta maaf Kek.” Ucapku menangis.
“Tidak Al, kamu tidak salah. Kamu telah memilih hal yang tepat. Apapun itu bentuknya kalau tidak disertai doa dan niat pasti semua hanya sia-sia aja Al. jadi mulai sekarang Kakek mengizinkanmu memnjadi pesepak bola hebat. Tapi kamu harus janji pada Kakek, kamu harus mengapdi pada Negara ini, dan kamu tidak boleh mengecewakan Ibu, Kakek, dan orang-orang yang telah memberimu kepercayaan. Dan semisalkan Kakek tidak bisa mendampingimu sampai kamu dewasa nanti yang terpenting kamu selalu ingat pesan Kakek. Percayalah Tuhan akan selalu menolong anakNya yang kesusahan.”, Nasehat Kakek untukku. Aku pun hanya menangis tak dapat menjawab apa-apa. Ibuku juga meminta maaf pada Kakek karena Ibu ikut-ikut menyembunyikan tentang Aku sekolah di SSB.
“Sudahlah, karena mulai sekarang kita harus saling mendukung didalam keluarga kecil kita.”, sambung kakekku. Setelah Kakek mengizinkan Aku untuk bermain bola, Aku sangat senang sekali. Sekaligus malam itu Aku meminta izin kerena esok hari akan berangkat ke Jakarta.
            Keesokan harinya Aku berangkat ke Jakarta untuk mengikuti latihan disana. Aku berangkat diantar oleh keluarganya Lang. Rombongan dari Yogyakarta pun sudah berangkat kemarin tetapi Aku menyusul hari ini, karena Aku harus menjaga Kakek di rumah sakit.Sesampainya disana, Aku langsung menemui Coach Guntur untuk menjelaskan semua. Setelah itu Aku latihan normal seperti biasanya. Disela-sela latihan Coach menyeleksi kami semua, katanya kami akan mengikuti AFC Junior di Singapura.
“Ya baiklah anak-anak, tadi sewaktu kalian semua berlatih Coach semua sudah memilih kalian yang akan ikut AFC di Singapura. Sebenarnya kami semua akan memberangkatkan kalian semua, tetapi jumlah pemain sudah ditetepkan yaitu hanya 23 pemain saja. “,kata Coach Guntur. Setelah semua di umumkan dan Aku ikut didalamnya ternyata Aku menjadi Capten.
Seminggu kami latihan terus-menerus. Tiga hari sebelum AFC dimulai kami berangkat ke Singapura. Sebelum berangkat Aku meminta izin pada Ibu dan Kakekku yang masih terbaring di rumah sakit.
Laga pertama kami akan melawan Malaysia. Kami sama sekali tak boleh lengah di barisan pertahanan. Karena ini adalah lawan yang berat untuk kami.
Lagu Indonesia Raya menghantarkan kami untuk menang. Aku pun haru saat menyanyikannya dengan sorak sorai pendukung yang jauh-jauh datang dari Indonesia. 45 menit pertama kami bermain imbang. Setelah turun minum, kami tambah sengangat. Ya dukungan dari penonton itulah yang member kami nafas untuk menang. Tepat pada menit 83 Aku dapat umpan dari Syahrul temanku dari Yogyakarta, Aku dapat mencetak goal. Ya lagi-lagi Aku dapat mencetak goal. Kedudukan menjadi 2-0, dan skor ini sampai peluit panjang tanda akhir pertandingan.
Pertandingan-pertandiang selanjutnya kami menang telak dari Timor Leste. Dan kami lolos dari penyisihan grup. Pada pertandingan final kami akan melawan Vietnam. Ini adalah kesebelasan pemenang musim lalu. Laga pertandingan melawan Vietnam pun dimulai. Babak pertama dan keduapun tak ada sama sekalitercetak gaol. Tambahan waktu tuga pulu menit yang diberi untuk kami, tetapi masih saja kami belum sama sekali dapat mencetak goal. Akhirnya drama adu finalti pun dimulai. Drama Adu finalti pun imbang 3-3. Aku menjadi esekutor penentu dan akhirnya kami menang. Wajah-wajah gembira, haru, dan rasa syukur kami semua.
Tiga hari setelah final, kami pulang. Akupun langsung menemui Ibu dan Kakekku yang masih di rumah sakit.
“Kakek Ibu……! Al pulang. Dan Al menang Bu.”, teriakku dan berlari menuju ruangan Kakek. Setibanya di ruangan ternyata Kakek belum ada perubahan.
“Iya Nak kamu memang hebat. Ibu bangga padamu.”
“Terimakasih Bu ini semua berkat doa Ibu. Dan medali pertamaku di ajang Internasional ini akan ku berikan kepada Kakek.”
“Kamu hebat Al, kamu sudah bikin bangga Kakek.”, jawab Kakek dengan separuh suaranya. Saat ku mengalungkan medaliku pada Kakek saat itu juga Kakek mengehembuskan nafas terakhirnya.
“Kakek…… “ teriak Aku dan Ibuku.
            Terimakasih Kakek atas doa, dukungan, dan restumu sehingga Al menjadi pesepak bola hebat. Terimakasih Ibu, atas doa dan dukunganmu Al menjadi idola baru didunia sepak bola. Terimakasih untuk Lang sahabatku yang selama ini berperan banyak dalam ku menitik karier. Terimakasih untuk para pendukung TIMNAS, yang sudah mendukung kami.
 Seminggu setelah Kakek meninggal, Aku dan Ibu pindah ke Jakarta, karena Aku tak mungkin meninggalkan Ibu sendirian di rumah.
            Dua tahun kemudian Aku kembali ke Yogyakarta untuk menjenguk keluarga yang masih ada disana. Dan Aku bertemu Lang, ya aku sangat pangling dia tumbuh besar selakyaknya Aku. Tanpaku sangka sebelumnya sekarang Lang menjadi seorang Pianis hebet, dan Aku menjadi pesepak Bola.
Nama : Eunike Yhora Pratiwi
Kelas   : IXa
Tema  : Impian
Tokoh : Septian Alfaro, Erlangga, Kakek, Ibu, Coach, Kepala Pelatih (SSB Putra Bangsa), Asisten.

No comments:

Post a Comment