Asal Mula Alam Semesta - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an

Gambar 10. Sebuah bintang terbentuk dari gumpalan gas dan asap (nebula), yang merupakan peninggalan dari 'asap' yang menjadi asal kejadian alam semesta. (The Space Atlas, Heather dan Henbest, hal. 50)

Gambar 11. Nebula Laguna adalah sebuah gumpalan gas dan asap yang berdiameter sekitar 60 tahun cahaya. Ia dipendarkan oleh radiasi ultraviolet dari bintang panas yang baru saja terbentuk di dalam gumpalan tersebut. (Horizons, Exploring the Universe, Seeds, gambar 9, dari Association of Universities for Research in Astronomy, Inc.)
Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat di malam hari, sebagaimana seluruh alam semesta, dulunya berupa materi 'asap' semacam itu. Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an:
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,... (Al Fushshiilat, 41: 11)
Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet,
galaksi dan lain-lain) terbentuk dari 'gumpalan asap' yang sama, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa matahari dan bumi dahulu merupakan satu
kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan terbentuk dari 'asap' yang
homogen ini. Allah telah berfirman:
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al Anbiya, 21:30)
Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah
Profesor geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of
Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata:
"Jika menilik tempat asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin
jika ia bisa mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari
materi yang satu, karena para ilmuwan saja baru mengetahui hal ini dalam
beberapa tahun yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan
teknologi mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang
yang tidak mengetahui apapun tentang fisika inti 14 abad yang lalu,
menurut saya, tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui pemikirannya
sendiri, bahwa dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."Proses Kejadian Alam Menurut Al-Quran
Sebagai umat Islam kita semua
sudah sangat memahami bahwa perintah pertama yang diterima Nabi Muhammad
Saw. Dari Allah SWT adalah "Membaca" tapi kita belum menghayati betul
apa yang terkandung dibalik perintah itu, bahwasanya semua yang telah
terjadi di alam semesta ini semua ciptaan-Nya yang sudah dijelaskan
dalam Al-Qur'an.
Al-Qur'an adalah kita suci yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai wahyu sekaligus
sebagai Mu'jizat dan didalamnya juga mengandung beberapa kemu'jizatan
diantaranya Al-Qur'an selalu benar dan singkron dengan ilmu pengetahuan
modern yang baru ditemukan seperti sekarang.
Al-Qur'an adalah sumber dari
segala ilmu, suatu ungkapan yang tidak hanya terdengar dikalangan umat
Islam saja, tetapi juga sering terucap juga oleh para cendikiawan dan
ilmuan barat, dalam menghadapi situasi tertentu dan tidak seorang pun
dapat menyangkal bahwa dalam Al-Qur'an tidak hanya diletakkan
dasar-dasar peraturan kehidupan manusia dalam hubungan ibadah dengan
Tuhan-Nya dan Tindakan dengan alam sekitarnya, tetapi juga dinyatakan
tentang ciptaan alam termasuk manusia di dalamnya. Dan ini semua tidak
lepas dari tujuan Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya pada manusia agar
manusia bisa berpikir dan menemukan hakekat penciptaan alam dan dirinya
sendiri.
"sesungguhnya dalam penciptaan
tata kerja langit dan bumi, malam dan siang, bahtera yang berlayar
dilaut dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan
air itu dia hidupkan bumi sesudah matinya dan dia sebarkan di bumi
segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi, sesungguhnya terdapat tanda-tanda ke-Esaan dan
kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir".
(Qs. Al-Baqaroh : 164).
Di makalah ini penulis akan
menjelaskan tentang asal usul alam semesta di tinjau dari teks Al-Qur'an
dan penelitian para ilmuah pada realitas yang ada.
Dengan harapan keberadaan Al-Qur'an sebagai mu'jizat bisa menjadi kepercayaan atau keimanan di hati manusia.
B. Rumusan Masalah
Disini hal-hal yang akan kami bahas meliputi :
1. Teori penciptaan alam semesta.
2. Alam semesta perspektif Al-Qur'an
3. Konsep-konsep alam semesta.
C. Tujuan Dan Manfaat
Setelah kami merumuskan beberapa
permasalahan tersebut, maka kami mencoba membahas beberapa masalah
tersebut, karena kami ingin lebih dalam mengetahui dan memahami tentang
proses terjadi alam semesta melalui berbagai konsep yang telah
disampaikan oleh beberapa ahli kaitannya dengan proses terjadinya alam
semesta yang telah disampaikan dalam Al-Qur'an sekaligus untuk menambah
keyakinan kami bahwa Al-Qur'an benar-benar kitab yang selalu sesuai
dengan keadaan zaman dimana manusia hidup dan bermasyarakat. Selain itu
agar kami dapat mengetahui bahwa Al-Qur'an tidak hanya mengajarkan
keagamaan saja, tetapi lebih dari pada itu Al-Qur'an juga mampu
mengajarkan umatnya untuk berpikir realistis dan kritis terhadap
penemuan-penemuan baru dizaman ini dan semua itu telah ada dalam
Al-Qur'an bagi mereka yang berpikir.
Dengan demikian, maka makalah ini
kami harapkan bisa memberikan sedikit pengetahuan terhadap teman-teman
mahasiswa lainnya sebagai tambahan bahan kajian dalam masalah proses
terjadinya alam semesta khususnya bagi kami yang mungkin sedikit sekali
mengetahui dan menyakini tentang bagaimana alam semesta ini ada.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Penciptaan Alam Semesta
1. Teori Kabut
Teori ini disebut istilah
Nibualai teori yang bertitik tolak dari adanya suatu kumpulan kabut yang
berputar perlahan-lahan, bagian kabut itu lama-kelamaan berubah menjadi
kumpulan gas yang kemudian menjadi struktur alam semesta ini.
Ferre Simon De Lap Lace,
mengatakan bahwa alam semesta berasal dari kabut panas berpilin, karena
pilinannya itu gumpalan kabut membentuk bentulan bulat seperti bola yang
besar dimana makain kecil bola itu makin cepat pilinannya akibatnya
bentuk bola itu memepat pada kutubnya dan melebar pada bagian
equatornya, bahkan kemudian sebagian masa gas di equatornya itu menjauhi
dari gumpalan Intinya sehingga membentuk struktur alam semesta.[1]
2. Teori Pasang Surut
Jeans dan Jeffri melukiskan bahwa
terjadinya alam semesta merupakan masa matahari yang lepas membentuk
bentukan cerutu yang mencorok kearah bintang akibatnya bintang makin
menjauhi masa, masa tersebut terputus-putus dan membentuk gumpalan gas
disekitar matahari gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku
menjadi struktur pelengkap susunan alam semesta.
3. Teori Ledakan
Teori ini disebut dengan istilah
Bang teori, bertitik tolah pada asumsi adanya suatu masa yang sangat
besar meledak dengan hebat karena adanya reaksi inti. Masa itu kemudian
berserakan dan mengembangkan dengan sangat cepatnya menjauhi pusat
ledakan.
Gamo Alfhor dan Herman mengatakan
pada saat ledakan Maha dahsyat itu terjadi semua materi terlempar ke
seluruh jagat raya kesemua arah yang kemudian membentuk bintang-bintang
dan glaksi, karena tidak mungkin materi seluruh alam itu berkumpul di
suatu tempat dalam ruang tanpa gaya grafitasi yang sangat kuat. Maka
disimpulkan kemudian bahwa "Ledakan Besar" itu terjadi ketika seluruh
materi Cosmos keluar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang
sangat tinggi, alam semesta lahir dari singolaritas fisis dengan keadaan
ekstern.[2]
4. Teori Ekspansi Dan Kontraksi
Teori ini berlandaskan pada
pemikiran bahwa ada suatu siklus dari alam semesta, yaitu masa-ekspansi
dan masa kontruksi yang diduga siklus tersebut berlangsung dalam durasi
30.000 juta tahun. Dalam masa depang ekspansi kemudian terbentuklah
galaksi serta bintang-bintangnya. Ekspansi ini didukung oleh adanya
tenga yang bersumber dari reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya
membentuk berbagai unsur lain yang kompleks. Pada masa kontraksi,
galaksi dan bintang-bintang yang terbentuk meredup dan unsur-unsur yang
terbentuk menyusul mengeluarkan tenaga berupa panas yang tinggi-tinggi.[3]
Teori ini juga dikemukakan oleh
Edwin Hubble, dia menyatakan bahwa alam semesta memuai seperti gelembung
gas panas yang secara tiba-tiba melepas dari ruang hampa. Dia melakukan
sebuah percobaan melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929 bahwa
disitu menunjukkan adanya pemuaian adanya alam semesta. Ini berarti
alam semesta merekspansi dan ekaspansi itu menurut Gamau melahirkan
sekitar 100 miliyar galaksi yang masing-masing galaksi rata-rata
memiliki 100 miliyar bintang.
5. Teori Awan Debu
Pada tahun 1940 seorang ahli
astronomi Jerman bernama Carl Font Wisaiker mengembangkan suatu teori
yang dikenal dengan teori awan debu yang mengemukakan bahwa alam semesta
terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Lebih 5000 juta tahun yang
lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemanpatan. Pada proses
pemanpatan itu partikel-partikel debu tertarik kebagian pusat awan itu
membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin. Lama-kelamaan gumpalan gas
itu memipih bentuk cakram yang tebal dibagian tengah dan tipis dibagian
tepinya bagian tengah cakram gas itu berpilin lebih lambat dari bagian
tepinya. Partikel-partikel dibagian tengah itu kemudian saling menekan
sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar bagian inilah yang kemudian
menjadi matahari sedangkan bagian luar berpusing sangat cepat, sehingga
terpecah menjadi gumpalan gas dan debu yang lebih kecil. Bagian inilah
yang kemudian membeku dan menjadi sturuktur alam semesta.
6. Teori Planetesimal
Pada tahun 1843 sampai 1928
seorang ahli biologi bernama Thomas C. Chamberlin dan Fores R. Molton
mengemukakan bahwa matahari telah ada sebagai salah satu dari
bintang-bintang yang banyak. Pada suatu masa ada sebuah bintang
berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh. Akibatnya terjadilah
peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang yang
sebagian dari masa matahari itu tertari kearah bintang.
Pada waktu bintang menjauhi
sebagian masa dari matahari itu jatuh kembali kepermukaan matahari dan
sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa sekitar matahari. Hal inilah
yang dinamakan planetisimal yang kemudian menjadi struktur alam
semesta.
B. Alam Semesta Perspektif Al-Qur'an
Dari kedua teori yang sudah
disebutkan di atas, kaitannya dengan isyarat Allah dalam Al-Qur'an bahwa
alam semesta tadinya merupakan satu gumpalan, dia berfirman dalam surat
Al-Anbiya' ayat 30.
Artinya : "Tidakkah orang kafir memperhatikan bahwa langit dan bumi
tadinya merupakan satu yang padu (gumpalan) kemudian kami memisahkannya,
kami jadikan air segala sesuatu yang hidup, maka mengapa mereka tidak
juga beriman?".[4]
Al-Qur'an tidak menjelaskan
secara detail bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa yang
dikemukakan di atas tentang perpaduan alam semesta ini dibenarkan oleh
para ilmuan yang telah terkenal dengan teori ledakan besar atau
Big-Bang.
Juga tentang meluasnya alam semesta, Al-Qur'an mengungkapkan dalam surat Adz-Zariyah ayat 47 yaitu :
Artinya : "Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kai benar-benar meluaskan / mengembangkannya"[5]
Dewasa ini, meluasnya alam
semesta dikenal dengan istilah "The Expanding Universe" seperti
diketahui bahwa alam semesta yang penuh dengan gugusan bintang dan
galaksi tersebut berjualan tahun perjalanan cahaya dari bumi.
Edwin P. Hubble merumuskan bahwa
galaksi-galaksi tersebut disamping berotasi juga bergerak menjauhi bumi,
sebelumnya penemuan tersebut dianggap sebagai suatu kesalahan, tapi lam
kelamaan bisa diterima oleh banyak ilmuan. Menurut "The Expanding
Universe" alam semesta bersifat seperti balon atau gelombang karet yang
sedang ditiup ke segala arah dengan kecepatan luar biasa. Ini sesuai
dengan pemaparan Al-Qur'an dalam surat Al-Ghasyiyah ayat : 17-18.
Artinya : "Tidakkah mereka memperhatikan bagaimana unta diciptakan dan langit ditinggikan".[6]
Kekuatan yang terlibat dalam
pembangunan alam ini tidak dapat dibayangkan, yaitu kira-kira terdiri
dari 10.000 milyar bintang yang masing-masing masanya sekitar massa
matahari. Dan kenyataan ini menggusarkan para fisikawan pada umumnya
karena penciptaan alam ini dari ketiadannya memerlukan adanya yang maha
pencipta.
Maka disinilah letak perbandingan konsepsi fisika tentang penciptaan alam dengan ajaran yang ada didalam Al-Qur'an.
C. Konsepsi-Konsep Alam
1. Konsepsi Alam Semesta Newton
Di dalam galaksi, terdapat 100
milyar bintang yang ada umumnya sebesar matahari, sampai pada abad ke-20
orang masih beranggapan bahwa alam kita ini tidak mempunyai batas atau
tidak terbatas, dan oleh karenanya besar alam ini tidak terhingga, sebab
apabila ia terbebas akan "Mata Bintang-Bintang" yang ada ditepi, yaitu
yang dekat dengan perbatasan tersebut tentunya hanya akan mengalami
tarikan gaya gravitasi ke satu sisi saja, yakni ke pusat alam semesta
karena sisi tepi hampir tidak ada bintangnya, jadi bintang-bintang di
tepi akan bergerak ke pusat dan akan berkumpul disana, jika waktu yang
cukup lama memberikan kesempatan untuk berlangsungnya proses menyatu itu
dan alam tanpa batas itulah yang menjadi ajaran Newton.
Disamping itu perkembangan ilmu
kimiawi yang sejak lama mengkaji proses-proses kimiawi mengajarkan bahwa
dalam reaksi yang bagimanapun materi itu kekal. Maka bisa ditarik
sebuah kesimpulan bahwa konsepsi Newton itu adalah besarnya alam semesta
tidak terhingga dan materinya tidak akan pernah tiada, eksistensi alam
ini juga tidak terhingga lamanya.[7]
Konsepsi Newton ini telah
menghancurkan konsepsi kuno yang menganggap bahwa alam ini dikelilingi
oleh bola langit yang raksasa tempat menempelnya bintang-bintang. Namun,
konsepsi Newton bertentangan dengan kenyataan observasi abad ke-20,
serta ajaran Agama yang menyatakan bahwa alam semesta tidak kekal, dan
diciptakan Tuhan pada saat tertentu. Konsepsi kuno itu pun juga salah
bahwa bola langit yang dipercayai keberadaannya tidak berkembang atau
tidak meluas itu bertentangan dengan Al-Qur'an surat Adz-Zaariyaat ayat
47.
karena memang janggal kalu semua bintang-bintang berada dipermukaan bola
langit. Ayat ini pula yang membantah konsepsi Newton tentang tidak
terhingga alam semesta, sebab sesuatu yang tidak terhingga besarnya
seperti alam konsepsi Newton, tidak dapat dibesarkan atau diluaskan lagi
begitu pula tentang kekekalan alam semesta tersebut. Ia dibantah oleh
Al-Qur'an yang menjelaskan scenario hancurnya alam semesta dalam surat
Al-Anbiya', ayat : 104 :
"Pada Hari kami gulung ruang
waktu (alam semesta) laksana menggulung lembaran tulis, sebagaimana kami
telah memulai awal penciptaan, itulah janji yang akan kami tepati,
sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya".[8]
Disitulah sebenarnya arti dari
kata kalimat yang akan terjadi pada waktu yang Allah tentukan, dan itu
pun terjadi secara rahasia, dan tiba-tiba, serta waktunya sudah dekat.
Seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'ansurat Al-Mu'min ayat : 59 yaitu
"Sesungguhnya hari kiamat itu
pasti datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan
manusia tidak beriman (mempercayainya)".[9]
2. Konsepsi Alam Semesta Einstein
Berbeda dari Newton, Einstein
mempunyai sebuah konsepsi yang didasarkan pada fisika relativistic yang
dikembangkannya sejak tahun 1905 dalam kegiatannya mengembangkan teori
relativitas umum Einstein menemukan bahwa ruang alam mengalami
kelengkungan sebagai akibat dari adanya grafitasi yang ditimbulkan massa
materi yang berada di dalamnya. Dalam penelitiannya yang lebih seksama
dan melibatkan jarak kosmologis yang cukup besar, serta gaya gravitasi
yang cukup kuat seperti yang ditimbulkan oleh matahari, prediksi
Einstein itu tampak nyata.
Menurut Einstein alam kita ini
melengkung sedemikian rupa sehingga ia menutup pada dirinya sendiri dan
alam semesta menurut Einstein tidak terbatas, namun besarnya sehingga
bergantung pada besar jari-jarinya. Menurut konsepsinya, sekalipun ada
gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan di alam semesta secara
keseluruhan alam semesta tidak berubah. Dan konsepsi ini hancur ketika
Edwin Hubble yang menggunakan teropong bintang besar menemukan teori
ekspansi. Karena memang apa yang dikemukakan Einstein tidak sesuai
dengan Al-Qur'an surat Adz-Zariyaat ayat 47, di penjelasan terhadulu.
Dalam ayat itu jelas dinyatakan bahwa Allah meluasa langit dan Allah
membesarkan ruang alam itu, sehingga alam ini tidak statis seperti yang
dikatakan Einstein.
3. Konsep Alam Semesta Dalam Al-Qur'an
Konsep-konsep alam semesta dalam
Al-Qur'an sangat banyak dan berfariasi tergantung dari pengetahuan
mufassirnya. Al-Qur'an dengan ayat-ayatnnya diturunkan 15 abad yang lalu
mengandung uraian secara garis besar tentang penciptaan alam semesta,
seperti yang sudah disebutkan di depan semua itu semata-mata sebagai
bimbingan dan petunjuk bagi manusia tentang kekuasaan Allah sesuai
dengan ayat 190 surat Ali Imron yaitu kategori "Ulum Albab".[10]
"Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi para Ulum Albab".[11] Yang dilanjutkan dalam ayat 191 surat Ali Imron Berikutnya :
"Yakni mereka yang mengingat
(berzikir kepada) Allah ketika berdiri, sambil duduk, dan sambil
berbaring, serta memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata) ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan ini semua dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau. Maka peliharalah kami dari adzab Neraka".[12]
Proses kejadian alam ini satu
persoalan yang menarik sejak dari zaman dahulu hingga ke hari ini.
Manusia masih ingin mencari kepastian asal usul kejadian alam ini.
Bagaimana proses kejadiannya. Bagaimana alam ini terjadi dan diciptakan.
Manusia masih tercari-cari jawapannya. Manusia tidak jemu-jemu dengan
segala usaha dan kemahiran yang ada untuk mencari jawapannya. Ahli-ahli
sains hari ini dengan teknologi tinggi dan canggih masih terus berusaha
untuk mencari rahsia kejadian alam ini.
Allah yang menciptakan alam ini
tidak membiarkan manusia untuk mencari jawapannya kerana Dia Maha
Mengetahui akan kelemahan hambaNya. Kelemahan manusia sungguh banyak
contohnya kita tidak boleh menjelajah jauh ke seluruh pelusuk alam untuk
mengetahui keadaan sebenar seluruh alam. Apa yang manusia boleh lakukan
hanya meramalkan berdasarkan dengan sedikit ilmu yang ada pada ketika
itu. Mungkin betul dan mungkin juga salah. Oleh kerana itulah Allah
telah memberitahu manusia jawapan bagaimana dan siapa yang menciptakan
alam ini. JawapanNya diterangkan di dalam al Quraan melalui RasulNya. Di
dalam al Quraan yang suci Allah menyebutkan Dialah yang menciptakan
alam semesta ini dengan kekuasaan dan kehendakNya. FirmanNya yang
bermaksud:
"Dan Dialah menciptakan langit
dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataanNya diwaktu Dia menyatakan,
Jadilah lalu terjadilah', dan di tanganNyalah segala kekuasaaan diwaktu
sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan
Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui"( Surah al Anaam: 73)
Allah telah menciptakan langit
dan bumi ini melalui proses-proses yang dikehendakiNya. Sebahagian
daripada proses-proses kejadian alam ini telah diterangkan oleh Allah
dengan jelas di dalam Al-Qur’an. Allah telah menerangkan bahawa kejadian
langit dan bumi ini asalnya daripada satu yang padu, kemudian
dipisahkan menjadi langit dan bumi. Firman Allah yang bermaksud:
"dan apakah orang-orang kafir itu
tidak melihat bahawasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang padu (satu unit penciptaan), kemudian kami pisahkan antara
keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakan mereka tiada juga beriman?". (Surah Al-Anbia: 30)
Ayat ini menerangkan asal
kejadian alam semesta, terdapat tiga maklumat penting yang terkandung di
dalam ayat ini berkaitan dengan kejadian alam semesta(Dr.Zakaria Awang
Soh,1990)
1. Bahan yang membentuk alam semesta ini merupakan satu entiti (suatu yang wujud) tunggal.
2. Keseluruhan alam semesta, langit dan bumi adalah tercantum dalam satu unit.
3. Pemisahan berlaku secara sistematik untuk menghasilkan hukum-hukum fizikal dan peningkatan jirim (ordering matter)
Perkataan "ratq" membawa maksud
memadukan unsur-unsur menjadi satu jasad yang padu. Jasad yang padu
inilah yang menjadi asal mula alam. Perkataan "fatq" membawa maksud
dipisahkan atau dipecahkan. Jasad yang padu tadi kemudiannya melalui
proses pemisahan. Bagaimana proses pemisahan itu tidak dapat dijelaskan.
Jika dilihat kepada alam semesta yang wujud hari ini menggambarkan
proses pemisahan ini berlaku dalam satu kuasa pemisahan yang sungguh
hebat dan amat kuat.
Di dalam ayat tersebut, langit
dan bumi pada status pertamanya adalah berbentuk ratq. Kedua-duanya di
pisahkan (fataqa) dengan kemunculan satu dari yang satu lagi. Dalam
perkataan lain, setiap benda termasuk langit dan bumi yang masih belum
diciptakan lagi, juga termasuk di dalam titik tunggal ini dalam keadaan
ratq. Titik ini kemudiannya meletup dalam satu letupan yang besar,
menyebabkan materialnya menjadi fataq dan proses ini membentuk
keseluruhan struktur alam semesta. Apabila kita membandingkan pernyataan
di dalam ayat Al-Qur'an di atas dengan penemuan saintifik, kita
mendapati bahawa kedua-duanya berada dalam keserasian yang sempurna di
antara satu sama lain. Apa yang cukup menarik perhatian ialah penemuan
ini tidak diketahui sehingga abad ke 20.Dalam Al-Qur'an yang diwahyukan
1400 tahun lalu, ketika pengetahuan tentang astronomi masih sedikit,
fakta mengenai pengembangan alam semesta telah diterangkan seperti
berikut;
Dan langit itu Kami bina dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (Surah az-Dzariyat;47)
Perkataan 'langit' yang
dinyatakan dalam ayat di atas digunakan dalam banyak tempat dalam
Al-Qur'an yang bermaksud ruang angkasa dan cakerawala. Di sini sekali
lagi, perkataan ini digunakan untuk maksud ini. Dalam perkataan lain,
Al-Qur'an mendedahkan hakikat mengenai proses pengembangan alam semesta.
Dan ini merupakan puncak kesimpulan yang diputuskan oleh dunia sains
hari ini.
Sehingga penghujung abad ke 20,
pandangan yang paling masyhur dalam dunia sains ialah bahawa 'alam
semesta mempunyai sifat konstan (statik) dan telah wujud tanpa
keterbatasan masa'. Kajian, pemerhatian dan pengiraan yang dijalankan
melalui seluruh insfranstruktur teknologi moden, sebenarnya telah
menunjukkan bahawa alam semesta telah wujud dalam masa yang terbatas dan
berkembang secara konstan.
Pada permulaan abad ke 20,
seorang ahli fizik Russia Alexander Friedmann dan ahli kosmologi Belgium
George Le'maitre telah membuat pengiraan secara teori bahawa alam
semesta adalah dalam keadaan pergerakan yang berterusan dan ia
sebenarnya berkembang.Fakta ini juga telah dibuktikan melalui data dari
pemerhatian yang dijalankan pada tahun 1929. Edwin Hubble seorang ahli
astronomi Amerika yang membuat pemerhatian di langit dengan menggunakan
teleskop, mengisytiharkan bahawa bintang-bintang dan galaksi-galaksi
bergerak menjauhi antara satu sama lain secara berterusan. Sebuah alam
semesta di mana semua benda di dalamnya secara konstan bergerak menjauhi
sesama mereka, jelas menggambarkan pengembangan alam semesta itu.
Pemerhatian yang dijalankan dalam
tahun berikutnya mengesahkan bahawa alam semesta adalah berkembang
secara berterusan. Fakta ini telah di jelaskan dalam Al-Qur'an ketika
mana hal ini masih belum lagi pernah diketahui oleh manusia. Ini adalah
kerana Al-Qur'an adalah kalam Tuhan, maha Pencipta dan Pemerintah bagi
seluruh alam semesta.Proses pembentukan alam ini berlaku secara
bertahap-tahap selepas dari pemisahan itu dan disebut di dalam Al Qur’an
yang bermaksud;
"Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap lalu Dia berkata
kepadaNya dan bumi, Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan
suka hati atau terpaksa keduanya menjawab 'kami datang dengan suka hati'
Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam masa dua masa dan Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. Dan kami hiasi langit yang dekat
dengan bintang yang cemerlang dan Kami perliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui."(Surah Al Fushilat:11-12)
Seluruh proses kejadian alam ini
berlaku secara sistematik dengan ukuran yang rapi dan tepat seperti yang
disebut di dalam al Qur’an
"Sesungguhnya Kami menciptakan tiap-tiap sesuatu menurut takdir (yang telah ditentukan)." (Surah Al Qamar :49)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua paparan di depan kami
dapat menyimpulkan bahwa kemukjizatan Al-Qur'an benar-benar ada,
terbukti dengan adanya kesingkronan antara penjelasan Al-Qur'an tentang
ilmu alam dan penelitian-penelitian para ilmuan barat yang sudah
menemukan bukti-bukti nyatanya, nah, disinilah dpat kita yakini bahwa
Al-Qur'an itu memang benar-benar murni wahuu dan firman Allah, bukan
semata-mata buatan Nabi Muhammad seperti anggapan non Islam pada
umumnya, melainkan Al-Qur'an adalah wahyu Allah kepada Nabi Muhammad
sebagai mu'jizat dan bukti kenabiannya.
Dalam Al-Qur'an terdapat banyak
ilmu, ilmu fiqih, ilmu bahasa, ilmu kalam, ilmu etika, dan ilmu-ilmu
lainnya, dimana memang dari tujuannya Al-Qur'an adalah sebagai
pembimbing dan penuntut umat manusia, terutama umat Islam sendiri
sebagai pemilik Al-Qur'an.
Dan meskipun Al-Qur'an tidak
menjelaskan secara detail bagaimana terjadinya penciptaan alam semesta,
namun apa yang ada dan yang disampaikan Al-Qur'an dalam ayat-ayatnya
sudah dibenarkan diakui oleh para ilmu barat. Sehingga banyak para
fisikawan yang tertarik untuk mempelajari Al-Qur'an lebih dalam karena
meskipun Al-Qur'an sudah 15 abad yang lalu diturunkannya tapi Al-Qur'an
selalu bisa menyesuaikan teks-teksnya dengan zaman, dan sampai sekarang
belum ada yang bisa mengalahkan satu ayat pun yang ada didalam
Al-Qur'an.
Diantara ayat-ayat yang
menjelaskan tentang kejadian alam dalam Al-Qur'an sedikit sudah kami
sebutkan di depan yaitu tentang awal penciptaan dunia, yang bersangkut
paut dengan teori-teori ahli astronomi dan teori-teori ilmuah lain
seperti Einstein, Newton, Edwin P. Hubble dan Gamow, namun terdapat
beberapa perbedaan dalam teori mereka, dan yang sepenuhnya benar
hanyalah Al-Qur'an itu sendiri.
No comments:
Post a Comment